Fitur Unggulan Teknologi 5G
Salah satu teknologi yang paling banyak mendapat perhatian dalam perhelatan Mobile World Congress 2016 yang berlangsung di Barcelona, pada bulan Februari kemudian yakni 5G. Jaringan mobile generasi ke-5 ini tidak hanya ditujukan untuk operasional smartphone dan komputer tablet. Pemakai enterprise bakal banyak memanfaatkannya.
Sebagai pengguna smartphone, Anda mungkin bertanya-tanya dalam hati. Teknologi 4G atau LTE saja belum banyak yang memanfaatkannya. Mengapa Anda harus menengok ke 5G? Kalau sekadar untuk memakai WhatsApp, Facebook, Line, berkirim foto, atau memutar video, bekerjsama teknologi 3G sudah cukup memadai. Kalaupun pemutaran video ingin lebih mulus, dapatlah memakai 4G atau LTE. Mengapa harus bergegas ke 5G?
Fitur Unggulan 5G
Fitur 5G bukanlah sekadar kenaikan bandwidth yang jauh lebih tinggi daripada 4G untuk komunikasi bunyi dan data pada smartphone dan komputer tablet. Kecepatan 5G memang bisa seratus kali dari 4G untuk menjalankan video, tapi bukan itu saja andalan 5G. Ternyata banyak fitur 5G yang dibutuhkan dan dinantikan, tidak hanya oleh pengguna personal, tetapi terutama juga oleh enterprise. Beberapa fitur 5G antara lain berkaitan dengan penghematan baterai hingga tahunan untuk peranti IoT, waktu respons yang sangat singkat (low latency), dan koneksi untuk lebih banyak peranti.
Dari sisi kecepatan, 5G memang jauh di atas LTE. Kecepatan yang diperoleh dari banyak sekali vendor untuk ketika ini bervariasi. Demo yang ditunjukkan oleh Nokia dan SK Telecom (operator seluler Korea Selatan) di Mobile World Congress 2016 mencapai bandwidth 20 Gbps (bit per second). Sementara 5G dari Ericsson mencapai 26 Gbps. Sementara itu, T-Mobile mendemonstrasikan hasil pengembangan jaringan 5G yang dilakukannya di lab Jerman, memakai base station Huawei, dan bisa meraih kecepatan sebesar 70 Gbps.
Kecepatan hasil uji coba network tersebut bervariasi alasannya yakni perbedaan penggunaan spektrumnya, yang satu lebih banyak daripada yang lain. Memang belum ada kesepakatan mengenai kecepatan 5G. European Commission’s 5G Public-Private Partnership menargetkan standar 5G dengan kecepatan seratus kali lebih cepat daripada 4G.
Nantinya kecepatan tersebut akan di-share oleh setiap orang yang memakai sel yang sama. Meskipun demikian, pencapaian kecepatan 5G sudah jauh di atas LTE yang hanya mencapai kecepatan tertinggi sebesar satu gigabit per detik.
Teknologi 5G bukan hanya soal kecepatan tetapi juga wacana penyampaian gosip pada ketika yang tepat. Inilah keunggulan utama 5G lainnya yang disebut dengan low latency. Latency merupakan waktu yang dibutuhkan sebuah sel di dalam network untuk mengirim gosip sebesar satu bit dan kemudian diterima oleh smartphone dan sebaliknya. Latency pada 5G sangat rendah, yaitu satu milidetik atau bahkan kurang dari itu. Bandingkan dengan latency 4G yang tidak bisa lebih kecil dari sepuluh milidetik.
Latency sebesar satu milidetik merupakan respons yang instan, menyerupai dengan respons gerak refleks kita. Latency yang cepat ini dibutuhkan oleh robot-robot atau kendaraan beroda empat pintar yang senantiasa tersambung ke jaringan dan membutuhkan respons cepat dari cloud.
Contohnya robot mengendus sesuatu dan membutuhkan gosip dari cloud. Dengan low latency, tanggapan akan diperoleh secara instan dan robot bereaksi sempurna pada waktunya. Deutsche Telekom dan Samsung mendemonstrasikan low latency 5G di MWC 2016 memakai lengan robot penangkap bola yang dijatuhkan dari menara mini.
Pada ketika sensor mendeteksi lengan robot berada di bawah bola, gosip dikirim via network 5G untuk menjatuhkan bola, dan bola warna pink pun tertangkap lengan robot sempurna pada waktunya. Tetapi bola berwarna perak tidak tertangkap alasannya yakni respons dikirim via network 4G. Low latency juga dibutuhkan oleh kendaraan beroda empat pintar (connected car) ketika berada di jalanan. Informasi yang diminta kendaraan beroda empat ke cloud harus direspons secepat kilat biar kendaraan beroda empat sanggup melaksanakan agresi secara instan.
Harapannya yakni mobil-mobil menginformasikan data lokasinya secara realtime via network 5G untuk menghindari trabrakan satu dengan lainnya. Walaupun kendaraan beroda empat pintar tanpa pengemudi sudah melihat rambu-rambu dan kondisi sekitarnya memakai sensor, 5G diperlukan sanggup menawarkan gosip lebih baik sehingga mobil-mobil sanggup meluncur bersama lebih bersahabat namun tetap aman. Selain low latency, 5G juga sanggup dibentuk low power sehingga sanggup digunakan untuk menyambungkan peranti-peranti Internet of Things (IoT). Disebut sebagai Narrowband-IoT (NB-IoT), network ini mempunyai keunggulan dibandingkan dengan low power system dari LTE.
Peranti IoT terutama yang berupa sensor dan alat ukur yang berada di luar ruang harus beroperasi memakai baterai yang sangat jarang diganti. Menggunakan NB-IoT, baterai peranti tersebut sanggup berumur hingga sepuluh tahun. Selain itu, setiap sel network 5G sanggup menangani 100 ribu peranti, seratus kali kapasitas LTE.
Fitur di atas sanggup dimanfaatkan oleh perusahaan besar atau organisasi yang mengoperasikan ribuan perangkat IoT yang tersebar di banyak sekali wilayah. Sementara itu perusahaan lainnya menyerupai otomotif sanggup memanfaatkan network 5G dari keunggulan low latency-nya. Setiap perusahaan atau pengguna memanfaatkan layanan yang berbeda.
Guna melayani banyak sekali kebutuhan pelanggan menyerupai itu, operator network 5G hanya perlu mengoperasikan sebuah infrastruktur network tetapi dengan membagi-baginya (slicing) menjadi beberapa virtual network. Setiap virtual network dioptimalkan untuk koneksi berkecepatan tinggi, low latency, dan konsumsi daya rendah.
Manajemen software menjadi komponen penting pada 5G untuk mengelola dan membagi-bagi network (network slicing) menjadi beberapa virtual network. Setiap virtual network mendapat sharing dari satu pool daya komputasi. Bila salah satu network mengalami kelebihan beban (overload), virtual network lainnya tidak terpengaruh.
Standar Rampung 2020
Meningkatkan kecepatan jaringan mobile tidak hanya menciptakan radio dan antena menjadi lebih baik. Operator seluler juga akan membutuhkan lebih banyak spektrum, sehingga campur tangan pemerintah menyerupai yang sudah-sudah dibutuhkan di sini untuk menciptakan regulasinya. Contohnya US Federal Communications Commision tahun kemudian sudah menjanjikan membuka spektrum baru. Namun, proses ini membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Seperti 3G dan 4G, spesifikasi 5G akan dibentuk oleh 3GPP (Third-Generation Partnership Project) dan disahkan oleh International Telecommunication Union. Tetapi setiap pemain 5G ketika ini ingin bangkit di depan dalam pengembangan dan deployment 5G. Mereka ingin menawarkan efek pada standar. Untungnya beberapa kelompok regional pada Oktober tahun kemudian menciptakan konsensus bagaimana seharusnya 5G dirancang. Sebelumnya Cina dan European Union juga menciptakan kesepakatan.
Standar ini sendiri akan terbentuk pada 2020 mendatang. Meskipun demikian, beberapa operator besar sepertinya akan mendahului standar tersebut. NTT DoCoMo akan menyediakan sistem komersial pertamanya pada Olimpiade Musim Panas di Tokyo 2020. Sementara operator telekomunikasi Korea Selatan, KT Telecom, menyampaikan akan menyediakan layanan 5G mulai 2018 yaitu pada Olimpiade Musim Dingin di negara tersebut. Verizon Wireless bahkan akan melaksanakan uji lapangan pada tahun ini juga dan layanan komersial tahun depan.
LTE Masih Bertahan
Berbagai fitur 5G telah didemonstrasikan di MWC 2016 oleh banyak sekali pihak mulai dari operator (seperti beberapa yang disebutkan di atas), para pemain jaringan (seperti Nokia, Ericsson, dan Huawei, juga tak ketinggalan), dan pembuat chip (seperti Intel dan Qualcomm). Namun yang tidak terlihat di MWC 2016 yakni handset 5G. Ternyata, tidak satupun vendor memamerkannya. Untuk mencapai kecepatan super tinggi pada 5G dibutuhkan frekuensi yang jauh di atas apapun yang pernah digunakan pada jaringan seluler. Kabarnya, untuk menciptakan simulasi smartphone dengan jaringan 5G yang sekarang, dibutuhkan perangkat mobile dengan ukuran sebesar kulkas. Perpindahan dari LTE ke 5G, selain mempertimbangkan kendala di atas, tidaklah drastis. Seperti perpindahan dari 3G ke 4G, LTE masih akan digunakan beberapa tahun ke depan sehabis standar 5G ditetapkan.
Sebagai pengguna smartphone, Anda mungkin bertanya-tanya dalam hati. Teknologi 4G atau LTE saja belum banyak yang memanfaatkannya. Mengapa Anda harus menengok ke 5G? Kalau sekadar untuk memakai WhatsApp, Facebook, Line, berkirim foto, atau memutar video, bekerjsama teknologi 3G sudah cukup memadai. Kalaupun pemutaran video ingin lebih mulus, dapatlah memakai 4G atau LTE. Mengapa harus bergegas ke 5G?
Fitur Unggulan 5G
Fitur 5G bukanlah sekadar kenaikan bandwidth yang jauh lebih tinggi daripada 4G untuk komunikasi bunyi dan data pada smartphone dan komputer tablet. Kecepatan 5G memang bisa seratus kali dari 4G untuk menjalankan video, tapi bukan itu saja andalan 5G. Ternyata banyak fitur 5G yang dibutuhkan dan dinantikan, tidak hanya oleh pengguna personal, tetapi terutama juga oleh enterprise. Beberapa fitur 5G antara lain berkaitan dengan penghematan baterai hingga tahunan untuk peranti IoT, waktu respons yang sangat singkat (low latency), dan koneksi untuk lebih banyak peranti.
Dari sisi kecepatan, 5G memang jauh di atas LTE. Kecepatan yang diperoleh dari banyak sekali vendor untuk ketika ini bervariasi. Demo yang ditunjukkan oleh Nokia dan SK Telecom (operator seluler Korea Selatan) di Mobile World Congress 2016 mencapai bandwidth 20 Gbps (bit per second). Sementara 5G dari Ericsson mencapai 26 Gbps. Sementara itu, T-Mobile mendemonstrasikan hasil pengembangan jaringan 5G yang dilakukannya di lab Jerman, memakai base station Huawei, dan bisa meraih kecepatan sebesar 70 Gbps.
Kecepatan hasil uji coba network tersebut bervariasi alasannya yakni perbedaan penggunaan spektrumnya, yang satu lebih banyak daripada yang lain. Memang belum ada kesepakatan mengenai kecepatan 5G. European Commission’s 5G Public-Private Partnership menargetkan standar 5G dengan kecepatan seratus kali lebih cepat daripada 4G.
Nantinya kecepatan tersebut akan di-share oleh setiap orang yang memakai sel yang sama. Meskipun demikian, pencapaian kecepatan 5G sudah jauh di atas LTE yang hanya mencapai kecepatan tertinggi sebesar satu gigabit per detik.
Teknologi 5G bukan hanya soal kecepatan tetapi juga wacana penyampaian gosip pada ketika yang tepat. Inilah keunggulan utama 5G lainnya yang disebut dengan low latency. Latency merupakan waktu yang dibutuhkan sebuah sel di dalam network untuk mengirim gosip sebesar satu bit dan kemudian diterima oleh smartphone dan sebaliknya. Latency pada 5G sangat rendah, yaitu satu milidetik atau bahkan kurang dari itu. Bandingkan dengan latency 4G yang tidak bisa lebih kecil dari sepuluh milidetik.
Latency sebesar satu milidetik merupakan respons yang instan, menyerupai dengan respons gerak refleks kita. Latency yang cepat ini dibutuhkan oleh robot-robot atau kendaraan beroda empat pintar yang senantiasa tersambung ke jaringan dan membutuhkan respons cepat dari cloud.
Contohnya robot mengendus sesuatu dan membutuhkan gosip dari cloud. Dengan low latency, tanggapan akan diperoleh secara instan dan robot bereaksi sempurna pada waktunya. Deutsche Telekom dan Samsung mendemonstrasikan low latency 5G di MWC 2016 memakai lengan robot penangkap bola yang dijatuhkan dari menara mini.
Pada ketika sensor mendeteksi lengan robot berada di bawah bola, gosip dikirim via network 5G untuk menjatuhkan bola, dan bola warna pink pun tertangkap lengan robot sempurna pada waktunya. Tetapi bola berwarna perak tidak tertangkap alasannya yakni respons dikirim via network 4G. Low latency juga dibutuhkan oleh kendaraan beroda empat pintar (connected car) ketika berada di jalanan. Informasi yang diminta kendaraan beroda empat ke cloud harus direspons secepat kilat biar kendaraan beroda empat sanggup melaksanakan agresi secara instan.
Harapannya yakni mobil-mobil menginformasikan data lokasinya secara realtime via network 5G untuk menghindari trabrakan satu dengan lainnya. Walaupun kendaraan beroda empat pintar tanpa pengemudi sudah melihat rambu-rambu dan kondisi sekitarnya memakai sensor, 5G diperlukan sanggup menawarkan gosip lebih baik sehingga mobil-mobil sanggup meluncur bersama lebih bersahabat namun tetap aman. Selain low latency, 5G juga sanggup dibentuk low power sehingga sanggup digunakan untuk menyambungkan peranti-peranti Internet of Things (IoT). Disebut sebagai Narrowband-IoT (NB-IoT), network ini mempunyai keunggulan dibandingkan dengan low power system dari LTE.
Peranti IoT terutama yang berupa sensor dan alat ukur yang berada di luar ruang harus beroperasi memakai baterai yang sangat jarang diganti. Menggunakan NB-IoT, baterai peranti tersebut sanggup berumur hingga sepuluh tahun. Selain itu, setiap sel network 5G sanggup menangani 100 ribu peranti, seratus kali kapasitas LTE.
Fitur di atas sanggup dimanfaatkan oleh perusahaan besar atau organisasi yang mengoperasikan ribuan perangkat IoT yang tersebar di banyak sekali wilayah. Sementara itu perusahaan lainnya menyerupai otomotif sanggup memanfaatkan network 5G dari keunggulan low latency-nya. Setiap perusahaan atau pengguna memanfaatkan layanan yang berbeda.
Guna melayani banyak sekali kebutuhan pelanggan menyerupai itu, operator network 5G hanya perlu mengoperasikan sebuah infrastruktur network tetapi dengan membagi-baginya (slicing) menjadi beberapa virtual network. Setiap virtual network dioptimalkan untuk koneksi berkecepatan tinggi, low latency, dan konsumsi daya rendah.
Manajemen software menjadi komponen penting pada 5G untuk mengelola dan membagi-bagi network (network slicing) menjadi beberapa virtual network. Setiap virtual network mendapat sharing dari satu pool daya komputasi. Bila salah satu network mengalami kelebihan beban (overload), virtual network lainnya tidak terpengaruh.
Standar Rampung 2020
Meningkatkan kecepatan jaringan mobile tidak hanya menciptakan radio dan antena menjadi lebih baik. Operator seluler juga akan membutuhkan lebih banyak spektrum, sehingga campur tangan pemerintah menyerupai yang sudah-sudah dibutuhkan di sini untuk menciptakan regulasinya. Contohnya US Federal Communications Commision tahun kemudian sudah menjanjikan membuka spektrum baru. Namun, proses ini membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Seperti 3G dan 4G, spesifikasi 5G akan dibentuk oleh 3GPP (Third-Generation Partnership Project) dan disahkan oleh International Telecommunication Union. Tetapi setiap pemain 5G ketika ini ingin bangkit di depan dalam pengembangan dan deployment 5G. Mereka ingin menawarkan efek pada standar. Untungnya beberapa kelompok regional pada Oktober tahun kemudian menciptakan konsensus bagaimana seharusnya 5G dirancang. Sebelumnya Cina dan European Union juga menciptakan kesepakatan.
Standar ini sendiri akan terbentuk pada 2020 mendatang. Meskipun demikian, beberapa operator besar sepertinya akan mendahului standar tersebut. NTT DoCoMo akan menyediakan sistem komersial pertamanya pada Olimpiade Musim Panas di Tokyo 2020. Sementara operator telekomunikasi Korea Selatan, KT Telecom, menyampaikan akan menyediakan layanan 5G mulai 2018 yaitu pada Olimpiade Musim Dingin di negara tersebut. Verizon Wireless bahkan akan melaksanakan uji lapangan pada tahun ini juga dan layanan komersial tahun depan.
LTE Masih Bertahan
Berbagai fitur 5G telah didemonstrasikan di MWC 2016 oleh banyak sekali pihak mulai dari operator (seperti beberapa yang disebutkan di atas), para pemain jaringan (seperti Nokia, Ericsson, dan Huawei, juga tak ketinggalan), dan pembuat chip (seperti Intel dan Qualcomm). Namun yang tidak terlihat di MWC 2016 yakni handset 5G. Ternyata, tidak satupun vendor memamerkannya. Untuk mencapai kecepatan super tinggi pada 5G dibutuhkan frekuensi yang jauh di atas apapun yang pernah digunakan pada jaringan seluler. Kabarnya, untuk menciptakan simulasi smartphone dengan jaringan 5G yang sekarang, dibutuhkan perangkat mobile dengan ukuran sebesar kulkas. Perpindahan dari LTE ke 5G, selain mempertimbangkan kendala di atas, tidaklah drastis. Seperti perpindahan dari 3G ke 4G, LTE masih akan digunakan beberapa tahun ke depan sehabis standar 5G ditetapkan.