Teknologi Canggih Pesawat Orion Korsel Yang Berhasil Menemukan 6 Korban Qz8501

 milik Korea Selatan dikirimkan ke Indonesia untuk membantu pencarian Pesawat AirAsia QZ Teknologi Canggih Pesawat Orion Korsel Yang Berhasil Menemukan 6 Korban QZ8501
Pesawat P-3C Orion KN-01 milik Korea Selatan dikirimkan ke Indonesia untuk membantu pencarian Pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di sekitar selatan Perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Pesawat buatan pabrikan Amerika Lockheed Martin Amerika ini bahkan berhasil menemukan 6 mayat korban melalui pantauan udara.

Berdasarkan info dari Dispen Tentara Nasional Indonesia AU dan juga dirangkum dari banyak sekali sumber, pesawat ini mempunyai kecepatan Patroli205 knot (375 kmpj) dengan jarak jelajah 300 Nautical Miles (NM). Pesawat intai maritim anti kapal selam milik angkatan udara Negeri Ginseng itu dilengkapi dengan banyak sekali peralatan canggih.

Pesawat ini mempunyai teknologi khusus di bab ekor pesawatnya yang dibentuk untuk menemukan obyek di dalam laut. Orion tipe P-3 dilengkapi dengan detektor anomali magnetik di ekornya untuk untuk menemukan kapal selam di bawah laut. Sayangnya jangkauan alat tersebut terbatas sehingga pesawat harus terbang dekat-dekat dengan permukaan laut.

Saat pencarian AirAsia di hari keduanya, Jumat (2/1) lalu, pesawat ini terbang cukup rendah yakni pada ketinggian 300 feet atau sekitar 100 meter dari permukaan laut. Alat ini diletakkan di bab ekornya alasannya yakni sanggup menjadikan kebisingan elektromagnetik alasannya yakni sensitivitas detektor sehingga sanggup mengganggu alat lain di pesawat.

Orion bisa bertahan sampai 14 jam dan diterbangkan oleh sekitar 10 kru pesawat dengan 4 mesin turboprop Allison T56-A-14. Masing-masing turboprop itu memutarkan 4 pisau baling.

Sistem anti-kapal selam untuk teknologi pemindaian pesawat ini terdiri atas AN/ARR-78 (V) sistem alat sonar atau sonobuoy, AN/ARR-72, indikator rekaman, 2 analis arah akuistik frekuensi dan tape perekam sonar. Sonobuoys diluncurkan dari dalam kabin utama dan juga dari cantelan luar.

Pesawat ini dilengkapi dengan digital multi-mode radar. Di mana sistem pengawasan akseptor elektroniknya bisa secara otomatis beroperasi dalam mode pencarian yang bisa menjadi radar kapal selam. Saat sinyal radar kapal selam terdeteksi, sistem ini bisa beralih ke modus untuk menemukan arah dan menandai sinyal yang ditangkap oleh pesawat.

Orion Korsel ini sebelum ikut SAR AirAsia ini disebut pernah melaksanakan pencarian Pesawat Boeing 777 MH 370 milik Malaysia Airlines dengan rute Kuala Lumpur-Beijing yang hilang pada bulan Maret 2014. Pada misinya kali ini, Orion membawa 2 pilot dan 8 kru pesawat.

Satgas P-3C Orion Korsel ini dibawah pimpinan Mission Commander Colonel Yoon Kiheui, dengan Captain Pilot Mayor Lee Jung Bong dan Captain Song Yong Hoon, serta Copilot Captain Jang Woo Yong dan Captain Lee Gyu Yoon. Tim Korsel juga melibatkan personil perwira penerbang CN-295 Tentara Nasional Indonesia AU Mayor Pnb Trinanda Hasan dari Skadron Udara 2 Halim yang bertindak selaku observer sekaligus penerjemah.

Pesawat ini bekerjsama mempunyai misi untuk membantu mencari tubuh pesawat AirAsia yang hilang pada Minggu (28/12/2014) lalu. "Pesawat intai Maritim anti Kapal Selam AU Korsel ini akan membantu melokalisir tubuh utama pesawat Airbus yang hilang," ujar Kadispenau Marsma Hadi Tjahjanto beberapa waktu lalu.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel