Pengertian Net Neutrality Dan Pengaruhnya
Di beberapa negara di dunia seperi India telah memblokir layanan Facebook Gratis (Free Facebook) alasannya ialah dianggap bertentangan dengan Net Neutrality. Lalu apa pengertian Net Neutrality itu sendiri? tolong-menolong kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya Intenet Netral. Supaya Anda paham pengetian Net Neutrality dan Pengaruhnya bagi pengguna Intenet berikut ini Tekmologivirtual jelaskan.
Pengertian Net Neutrality
Net Neutrality merupakan sebuah prinsip dimana penyedia jasa internet (ISP) menyerupai Telkom, Indosat, Biznet Network, atau XL Axiata harus bersikap adil terhadap semua penyedia konten internet (situs) dan tidak membatasi hak jalan masuk pelanggan. Ini berarti konten dari semua penyedia konten sanggup diakses dengan kecepatan dan kualitas transmisi yang sama.
Sejarah Asal mula Net Neutrality
Isitilah Net Neutrality awalnya berasal dari tesis Tim Wu, seorang profesor dari Universitas Columbia yang membahas ihwal diskriminasi broadband. Salah satu rujukan kasus pelanggaran Net Neutrality yang fenomenal terjadi di Amerika serikat pada tahun 2008 ketika penyedia jasa internet terbesar di Amerika Serikat, Comcast, mengurangi kecepatan pelanggan mereka yang melaksanakan unduhan berkas memakai perangkat lunak Bittorrent. Kasus tersebut terus bergulir hingga pada tahun 2009, Comcast mengakui bahwa telah melaksanakan kesalahan tersebut dan menghentikannya pada tahun 2011.
Kasus serupa juga menimpa penyedia jasa sewa streaming film terkemuka di Amerika Serikat, Netflix, yang mendapati bahwa jalan masuk internet pelanggan ke jalur mereka dipangkas oleh Comcast alasannya ialah dianggap boros data. Ini membuat pelanggan Netflix tidak sanggup menikmati streaming film dengan kualitas tinggi (HD). Kasus ini berakhir dengan komitmen dimana Netflix harus membayar pelengkap biaya ke Comcast untuk mendapatkan jalan masuk internet yang cepat dan stabil.
Tenologivirtual akan menjelaskan dengan rujukan bagaimana Net Neutrality bekerja. Makara apabila Anda mengakses situs Netflix, maka video akan dikirimkan dalam bentuk paket-paket data ke pengguna dan anggap saja ada 10 paket yang dikirimkan Netflix ke pengguna. Di ketika yang bersamaan, anggap saja Anda juga sedang mengakses video dari YouTube, sehingga YouTube juga mengirimkan 10 paket ke pengguna.
Dari sini, ISP bertugas sebagai pengantar paket-paket tersebut. Dengan Net Neutrality, paket dari Netflix dan YouTube akan dikirimkan secara adil dengan jumlah dan waktu yang sama, sehingga tidak ada jeda antara video dari Netflix dan YouTube. Akan tetapi kalau Net Neutrality tidak ada, contohnya Netflix membayar jalur internet ke Comcast, maka paket-paket yang dikirimkan Netflix akan didahulukan sehingga hingga ke pengguna lebih cepat dan karenanya video dari YouTube akan terhambat. Makara sanggup dibayangkan apa yang akan terjadi apabila tidak ada Net Neutrality. Penyedia konten internet yang tidak mempunyai banyak budget harus kehilangan jalan masuk alasannya ialah tidak membayar jalan masuk internet ke ISP. Di sisi lain, netizen juga tentunya dirugikan dengan keberpihakan ISP tersebut.
Beberapa kasus yang secara tidak pribadi bekerjasama dengan pelanggaran Net Neutrality di tanah air ialah ketika sejumlah operator seluler dan ISP secara sengaja menyisipkan iklan tanpa sepengetahuan dan persetujuan pelanggan. Hal tersebut sanggup dibilang merupakan pembajakan jalan masuk internet pelanggan. Bagaimanapun, pelanggan tidak sanggup berbuat apa-apa alasannya ialah hal tersebut merupakan wewenang ISP sebagai pengelola layanan internet.
Isu Net Neutrality juga semakin menguat di Indonesia sehabis Mark Zuckerberg secara resmi meluncurkan Internet.org di Indonesia, dan di ketika bersamaan menuai kontroversi di India. Program tersebut dianggap bertentangan dengan Net Neutrality. Karena misalnya, Tokopedia masuk dalam acara Internet.org, sementara Bukalapak tidak, maka Bukalapak sebagai kompetitor merasa dirugikan alasannya ialah Internet.org menjadi sumber pengunjung pelengkap bagi Tokopedia. Hal ini lah yang juga menja
Peraturan Hukum Net Neutrality
Pada tanggal 13 April lalu, Federal Communication and Commission (FCC) secara resmi menggulirkan uji coba peraturan Net Neutrality di Amerika Serikat selama 60 hari. Dalam regulasi tersebut diatur bahwa ISP di Amerika Serikat menyerupai AT&T, Verizon, dan Comcast dihentikan melaksanakan pembatasan konten, mengurangi kecepatan internet, dan mendapatkan suap dari penyedia konten internet untuk mempercepat akses.
Setiap regulasi niscaya mempunyai pro dan kontra. Di satu sisi, regulasi Net Neutrality menguntungkan penyedia konten dan netizen dalam mengakses internet yang notabene sudah mereka bayar ke ISP. Di sisi lain, banyak ISP yang menentang regulasi Net Neutrality alasannya ialah mereka tidak sanggup mengontrol jalan masuk internet pelanggan menyerupai melaksanakan blokir situs, meminta biaya pelengkap ke penyedia konten untuk mendapatkan jalur internet khusus, dan melaksanakan monitoring semua acara jalan masuk internet pelanggan.
Debat Netralitas Internet
Kisruh netralitas internet ini sudah berlangsung lama. Terakhir, perdebatan masifnya terjadi pada 2014 silam. Kala itu Ketua Federal Communications Commission (FCC) Tom Wheeler berencana memberi otoritas bagi operator di Amerika Serikat (AT&T, Comcast, Verizon) untuk membuat sistem pay-to-play fast lanes. Sistem itu memungkinkan pengguna membayar lebih untuk menerima jalan masuk prioritas (lebih cepat) ke layanan-layanan tertentu. Rencana kebijakan itu sontak memicu kontroversi. Netizen, aktivis, dan sebagian besar politisi bersuara menolak kebijakan yang dianggap diskriminatif pada pengguna internet tertentu dan pada layanan internet tertentu.
Alhasil, pada awal Februari 2015, Wheeler mengeluarkan paket planning kebijakan bertajuk Title II of the Communication Act yang benar-benar berbeda dari planning kebijakan sebelumnya. Isinya kurang lebih menjunjung jalan masuk internet yang adil bagi seluruh netizen. Proposal Wheeler diterima FCC dan ditetapkan keabsahannya pada 26 Februari 2015. Hal itu menjadi kemenangan bagi para penggagas netralitas internet dan netizen.
Kenapa Free Basics Facebook Melanggar Netralitas Internet?
Menurut pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg, Free Basics semata-mata bertujuan mengkoneksikan semua orang di dunia. Caranya dengan membuka jalan masuk internet gratis hingga ke wilayah-wilayah terpencil. Persoalannya, jalan masuk internet gratis itu tak berlaku bagi semua layanan yang eksis di jagat maya. Hanya beberapa layanan yang menumpang Free Basics yang diberi jalan masuk cuma-cuma. Antara lain Wikipedia, BBC, situs-situs kesehatan, laporan cuaca, Facebook, dkk.
Seiring banyaknya protes, Facebook pun melonggarkan jalan masuk internet gratisnya. Pada Mei 2015, Facebook membuka platform untuk pengembang aplikasi, sehingga siapa pun sanggup merilis layanannya di dalam Free Basics. Dengan begitu, layanan yang digratiskan semakin banyak. Meski demikian, akan tetap ada layanan internet yang tak masuk dalam paket gratis Free Basics. Maka konsep prioritas dan diskriminasi layanan internet tetap terjadi. Karenanya, pemerintah India tak luluh dengan upaya Facebook. Free Basics tetap dinyatakan ilegal.
Pengaruh Net Neutrality Bagi Internet di Indonesia
Lalu apa pengaruhnya kekisruhan Net Neutrality bagi pengguna Internet Indonesia maupun para pengusaha? Bagaimanapun bentuk perundangan yang nanti akan ditetapkan (ataupun tidak) oleh FCC mengenai Net Neutrality, keputusan tersebut akan mensugesti bagaimana layanan-layanan bisnis yang operasionalnya secara aturan diatur oleh perundangan AS.
Notabene ini bakal mensugesti layanan-layanan yang sudah sangat jamak dipakai secara global, menyerupai layanan-layanan media umum (Facebook dan Twitter), penyedia konten (YouTube, blog, dan platform blog), penyedia layanan komputasi berbasis cloud (Amazon AWS dan Akamai). Bisa dibilang semua bidang perjuangan yang mengalirkan layanannya melalui Internet ke seluruh Dunia, akan dipengaruhi oleh keputusan ihwal Net Neutrality.
Mungkin saja Indonesia berusaha membentuk sebuah jaringan Internet yang terpisah dan tidak bergantung pada jaringan Internet yang berada di AS. Bisa dibilang itu yang telah dilakukan Korea Utara, tapi tentu Internet-nya Korea Utara bukanlah Internet-nya dunia. Jauh berbeda. Ini bukan solusi yang praktis, terlebih ketika salah satu manfaat terbesar Internet ialah sebagai jaringan komunikasi dan isu yang bebas diakses oleh siapa saja di dunia. Semakin sedikit sudut dunia yang sanggup dijangkau Internet kita bersama, semakin berkurang manfaat Internet.
Keputusan Amerika Serikat ihwal jaringan Internet mereka, mau tidak mau niscaya juga mensugesti Internet di Indonesia. Mengikuti perdebatan ihwal Net Neutrality akan terasa terlalu legal formal, rumit, bahkan mungkin membosankan, tapi ada baiknya tetap kita perhatikan. Selama Internet di Amerika Serikat masih sangat diandalkan oleh jaringan Internet global, selama itu pula keputusan-keputusan aturan di Amerika Serikat berkait pengaturan Internet juga akan mensugesti seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dikutip dari banyak sekali sumber
Pengertian Net Neutrality
Net Neutrality merupakan sebuah prinsip dimana penyedia jasa internet (ISP) menyerupai Telkom, Indosat, Biznet Network, atau XL Axiata harus bersikap adil terhadap semua penyedia konten internet (situs) dan tidak membatasi hak jalan masuk pelanggan. Ini berarti konten dari semua penyedia konten sanggup diakses dengan kecepatan dan kualitas transmisi yang sama.
Sejarah Asal mula Net Neutrality
Isitilah Net Neutrality awalnya berasal dari tesis Tim Wu, seorang profesor dari Universitas Columbia yang membahas ihwal diskriminasi broadband. Salah satu rujukan kasus pelanggaran Net Neutrality yang fenomenal terjadi di Amerika serikat pada tahun 2008 ketika penyedia jasa internet terbesar di Amerika Serikat, Comcast, mengurangi kecepatan pelanggan mereka yang melaksanakan unduhan berkas memakai perangkat lunak Bittorrent. Kasus tersebut terus bergulir hingga pada tahun 2009, Comcast mengakui bahwa telah melaksanakan kesalahan tersebut dan menghentikannya pada tahun 2011.
Kasus serupa juga menimpa penyedia jasa sewa streaming film terkemuka di Amerika Serikat, Netflix, yang mendapati bahwa jalan masuk internet pelanggan ke jalur mereka dipangkas oleh Comcast alasannya ialah dianggap boros data. Ini membuat pelanggan Netflix tidak sanggup menikmati streaming film dengan kualitas tinggi (HD). Kasus ini berakhir dengan komitmen dimana Netflix harus membayar pelengkap biaya ke Comcast untuk mendapatkan jalan masuk internet yang cepat dan stabil.
Tenologivirtual akan menjelaskan dengan rujukan bagaimana Net Neutrality bekerja. Makara apabila Anda mengakses situs Netflix, maka video akan dikirimkan dalam bentuk paket-paket data ke pengguna dan anggap saja ada 10 paket yang dikirimkan Netflix ke pengguna. Di ketika yang bersamaan, anggap saja Anda juga sedang mengakses video dari YouTube, sehingga YouTube juga mengirimkan 10 paket ke pengguna.
Dari sini, ISP bertugas sebagai pengantar paket-paket tersebut. Dengan Net Neutrality, paket dari Netflix dan YouTube akan dikirimkan secara adil dengan jumlah dan waktu yang sama, sehingga tidak ada jeda antara video dari Netflix dan YouTube. Akan tetapi kalau Net Neutrality tidak ada, contohnya Netflix membayar jalur internet ke Comcast, maka paket-paket yang dikirimkan Netflix akan didahulukan sehingga hingga ke pengguna lebih cepat dan karenanya video dari YouTube akan terhambat. Makara sanggup dibayangkan apa yang akan terjadi apabila tidak ada Net Neutrality. Penyedia konten internet yang tidak mempunyai banyak budget harus kehilangan jalan masuk alasannya ialah tidak membayar jalan masuk internet ke ISP. Di sisi lain, netizen juga tentunya dirugikan dengan keberpihakan ISP tersebut.
Beberapa kasus yang secara tidak pribadi bekerjasama dengan pelanggaran Net Neutrality di tanah air ialah ketika sejumlah operator seluler dan ISP secara sengaja menyisipkan iklan tanpa sepengetahuan dan persetujuan pelanggan. Hal tersebut sanggup dibilang merupakan pembajakan jalan masuk internet pelanggan. Bagaimanapun, pelanggan tidak sanggup berbuat apa-apa alasannya ialah hal tersebut merupakan wewenang ISP sebagai pengelola layanan internet.
Isu Net Neutrality juga semakin menguat di Indonesia sehabis Mark Zuckerberg secara resmi meluncurkan Internet.org di Indonesia, dan di ketika bersamaan menuai kontroversi di India. Program tersebut dianggap bertentangan dengan Net Neutrality. Karena misalnya, Tokopedia masuk dalam acara Internet.org, sementara Bukalapak tidak, maka Bukalapak sebagai kompetitor merasa dirugikan alasannya ialah Internet.org menjadi sumber pengunjung pelengkap bagi Tokopedia. Hal ini lah yang juga menja
Peraturan Hukum Net Neutrality
Pada tanggal 13 April lalu, Federal Communication and Commission (FCC) secara resmi menggulirkan uji coba peraturan Net Neutrality di Amerika Serikat selama 60 hari. Dalam regulasi tersebut diatur bahwa ISP di Amerika Serikat menyerupai AT&T, Verizon, dan Comcast dihentikan melaksanakan pembatasan konten, mengurangi kecepatan internet, dan mendapatkan suap dari penyedia konten internet untuk mempercepat akses.
Setiap regulasi niscaya mempunyai pro dan kontra. Di satu sisi, regulasi Net Neutrality menguntungkan penyedia konten dan netizen dalam mengakses internet yang notabene sudah mereka bayar ke ISP. Di sisi lain, banyak ISP yang menentang regulasi Net Neutrality alasannya ialah mereka tidak sanggup mengontrol jalan masuk internet pelanggan menyerupai melaksanakan blokir situs, meminta biaya pelengkap ke penyedia konten untuk mendapatkan jalur internet khusus, dan melaksanakan monitoring semua acara jalan masuk internet pelanggan.
Debat Netralitas Internet
Kisruh netralitas internet ini sudah berlangsung lama. Terakhir, perdebatan masifnya terjadi pada 2014 silam. Kala itu Ketua Federal Communications Commission (FCC) Tom Wheeler berencana memberi otoritas bagi operator di Amerika Serikat (AT&T, Comcast, Verizon) untuk membuat sistem pay-to-play fast lanes. Sistem itu memungkinkan pengguna membayar lebih untuk menerima jalan masuk prioritas (lebih cepat) ke layanan-layanan tertentu. Rencana kebijakan itu sontak memicu kontroversi. Netizen, aktivis, dan sebagian besar politisi bersuara menolak kebijakan yang dianggap diskriminatif pada pengguna internet tertentu dan pada layanan internet tertentu.
Alhasil, pada awal Februari 2015, Wheeler mengeluarkan paket planning kebijakan bertajuk Title II of the Communication Act yang benar-benar berbeda dari planning kebijakan sebelumnya. Isinya kurang lebih menjunjung jalan masuk internet yang adil bagi seluruh netizen. Proposal Wheeler diterima FCC dan ditetapkan keabsahannya pada 26 Februari 2015. Hal itu menjadi kemenangan bagi para penggagas netralitas internet dan netizen.
Kenapa Free Basics Facebook Melanggar Netralitas Internet?
Menurut pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg, Free Basics semata-mata bertujuan mengkoneksikan semua orang di dunia. Caranya dengan membuka jalan masuk internet gratis hingga ke wilayah-wilayah terpencil. Persoalannya, jalan masuk internet gratis itu tak berlaku bagi semua layanan yang eksis di jagat maya. Hanya beberapa layanan yang menumpang Free Basics yang diberi jalan masuk cuma-cuma. Antara lain Wikipedia, BBC, situs-situs kesehatan, laporan cuaca, Facebook, dkk.
Seiring banyaknya protes, Facebook pun melonggarkan jalan masuk internet gratisnya. Pada Mei 2015, Facebook membuka platform untuk pengembang aplikasi, sehingga siapa pun sanggup merilis layanannya di dalam Free Basics. Dengan begitu, layanan yang digratiskan semakin banyak. Meski demikian, akan tetap ada layanan internet yang tak masuk dalam paket gratis Free Basics. Maka konsep prioritas dan diskriminasi layanan internet tetap terjadi. Karenanya, pemerintah India tak luluh dengan upaya Facebook. Free Basics tetap dinyatakan ilegal.
Pengaruh Net Neutrality Bagi Internet di Indonesia
Lalu apa pengaruhnya kekisruhan Net Neutrality bagi pengguna Internet Indonesia maupun para pengusaha? Bagaimanapun bentuk perundangan yang nanti akan ditetapkan (ataupun tidak) oleh FCC mengenai Net Neutrality, keputusan tersebut akan mensugesti bagaimana layanan-layanan bisnis yang operasionalnya secara aturan diatur oleh perundangan AS.
Notabene ini bakal mensugesti layanan-layanan yang sudah sangat jamak dipakai secara global, menyerupai layanan-layanan media umum (Facebook dan Twitter), penyedia konten (YouTube, blog, dan platform blog), penyedia layanan komputasi berbasis cloud (Amazon AWS dan Akamai). Bisa dibilang semua bidang perjuangan yang mengalirkan layanannya melalui Internet ke seluruh Dunia, akan dipengaruhi oleh keputusan ihwal Net Neutrality.
Mungkin saja Indonesia berusaha membentuk sebuah jaringan Internet yang terpisah dan tidak bergantung pada jaringan Internet yang berada di AS. Bisa dibilang itu yang telah dilakukan Korea Utara, tapi tentu Internet-nya Korea Utara bukanlah Internet-nya dunia. Jauh berbeda. Ini bukan solusi yang praktis, terlebih ketika salah satu manfaat terbesar Internet ialah sebagai jaringan komunikasi dan isu yang bebas diakses oleh siapa saja di dunia. Semakin sedikit sudut dunia yang sanggup dijangkau Internet kita bersama, semakin berkurang manfaat Internet.
Keputusan Amerika Serikat ihwal jaringan Internet mereka, mau tidak mau niscaya juga mensugesti Internet di Indonesia. Mengikuti perdebatan ihwal Net Neutrality akan terasa terlalu legal formal, rumit, bahkan mungkin membosankan, tapi ada baiknya tetap kita perhatikan. Selama Internet di Amerika Serikat masih sangat diandalkan oleh jaringan Internet global, selama itu pula keputusan-keputusan aturan di Amerika Serikat berkait pengaturan Internet juga akan mensugesti seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dikutip dari banyak sekali sumber